Home » » Ortografi Bahasa Aceh

Ortografi Bahasa Aceh

Written By Unknown on Selasa, 09 September 2014 | 18.43

Ortografi Bahasa Aceh


oleh

Azwardi, S.Pd., M.Hum.
(Dosen PBSID FKIP Unsyiah)

Ilustrasi, sampul buku kaidah bahasa Aceh

1. Aspek Ejaan
Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf,  baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi kata, frasa, atau kalimat. Secara khusus ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan banyi bahasa, temasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Kaidah ejaan merupakan kesepakatan para ahli bahasa yang didasarkan pada sifat-sifat bahasa tertentu. Para pemakai bahasa harus menaati kaidah yang sudah disepakati dan diresmikan tersebut.


   Dalam BA ortografi yang digunakan merujuk kepada ejaan yang dihasilkan dalam Seminar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Aceh tahun 1980 dan karya Asyik (1987). Sisten ejaan BA standar yang digunakan saat ini merupakan penyempurnaan dari ejaan lama yang disusun oleh tim dari Universitas Syiah Kuala pada tahun 1979.

Kemampuan menerapkan kaidah ejaan BA secara benar sangat terkait dengan penguasaan kaidah fonologi. Berikut diuraikan secara umum kaidah fonologi BA.

2. Fonologi Bahasa Aceh
Sebagaimana bahasa(-bahasa) lain di dunia ini, BA juga memiliki sistem fonologi tersendiri yang dalam hal tertentu berbeda dari bahasa(-bahasa) lain. Adapun yang penting dibahas terkait dengan fonologi bahasa Aceh adalah fonem dan ortografinya.
Fonem-fonem dalam BA dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Fonem segmental terdiri atas dua jenis, yaitu fonem konsonan dan fonem vokal. Fonem konsonan dibedakan atas konsonan tunggal dan konsonan rangkap (kluster). Fonem vokal dibedakan atas vokal tunggal oral (nonnasalized vowel), vokal tunggal nasal (nasalized vowel), dan vokal rangkap (diphthong), baik yang oral maupun yang nasal. Secara umum BA memiliki dua puluh lima  konsonan tunggal, dua puluh lima  konsonan rangkap, sepuluh vokal oral, dan tujuh vokal nasal.

2.1 Konsonan
Dalam BA konsonan dibedakan atas konsonan tunggal dan konsonan rangkap. Konsonan tunggal berjumlah dua puluh lima, yaitu sebagai berikut:
(a)    sembilan konsonan hambat, yang terdiri atas lima hambat tak bersuara (p, t, c, k, ?) dan empat hambat bersuara (b, d, j, g);
(b)    empat konsonan frikatif (f, s, š, h); Fonem /f/ diserap dari bahasa Arab. Penggunaannya hanya terbatas pada kata-kata yang diserap dari bahasa Arab. Meskipun demikian, konsonan tersebut ditulis dengan /f/. Konsonan yang biasanya merupakan kelompok labiodental tersebut, dalam pengucapannya, lebih dekat ke bilabial.
(c)    delapan konsonan nasal, yang terdiri atas empat nasal biasa (ordinary nasal) (m, n, ñ, ŋ) dan empat nasal ganjil (funny nasal) (m, n, ñ, ŋ);
(d)    satu konsonan lateral (l);
(e)    satu konsonan getar (r);
(f)    dua konsonan semivokal atau konsonan luncuran (w, y).

Selanjutnya, dalam BA terdapat dua puluh lima gugus konsonan atau konsonan rangkap. Gugus konsonan tersebut digunakan pada awal dan tengah kata, (tidak ada pada akhir kata). Berdasarkan macam konsonan sebagai unsur kedua, gugus konsonan ini dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu sebelas gugus konsonan yang berpasangan dengan [h], delapan gugus konsonan yang berpasangan dengan [l], dan enam gugus konsonan yang berpasangan dengan [r]. Konsonan-konsonan tersebut adalah sebagai berikut:
(1)    dengan [h], yaitu [ph, th, ch, kh, bh, dh, jh, gh, nh, lh, rh];
(2)    dengan [l], yaitu [pl,   -    cl,  kl,  bl,  -    jl,  gl];
(3)    dengan [r], yaitu [pr,  tr,  cr,  kr, br, dr,  jr,  gr].

Simbol-simbol konsonan yang digunakan dalam penulisan adalah sebagai berikut:
(a)    Hambat glotal final [?] ditulis menjadi k, sedangkan yang inisial dan medial tidak ditulis, kecuali jika dapat menimbulkan salah baca atau salah mengerti.
Contoh:
beuet [bǝt] ‘mengaji’
beu?et [b?ǝt] ‘mengangkat’

(b)    Frikatif palatal [š] ditulis menjadi sy.
Contoh:
syèdara untuk kata [šεdara] ‘saudara’
syirék untuk kata [širek] ‘syirik’

(c)    Nasal biasa [ñ] dan [ŋ] ditulis menjadi ny dan ng.
Contoh:
nyoe untuk kata [ñoǝ] ‘ini’
nyan untuk kata [ñan] ‘itu’
nyang untuk kata [ñaŋ] ‘yang’
bangai untuk kata [baŋai] ‘bodoh’

(d)    Nasal ganjil [m], [n], [ñ], dan [ŋ] ditulis menjadi mb, nd, nj, dan ngg.
Contoh:
mbôn untuk kata [mon] ‘embun’
keurandam untuk kata [kωranam] ‘wadah kapur sirih’
nje untuk kata [ñǝ] ‘alat pemeras tebu tradisional’
      nggang untuk kata [ŋaŋ] ‘bangau’
(e)    Semua konsonan lain, termasuk gugus konsonan, ditulis sama seperti representasi fonemisnya.

2.2 Vokal
Dalam BA terdapat beberapa vokal yang mengalami perubahan dalam pelafalannya. Hanya vokal [i, u, dan a] yang tidak mengalami perubahan. Adapun vokal yang mengalami perubahan dalam pelafalannya adalah sebagai berikut.
(a)    Vokal nasal dan oral dianggap sama, tetapi secara ortografis, vokal nasal diberi  ‘  (apostrof) pada awalnya.
Contoh:
     ‘i [ĩ]: c’ip untuk kata [cĩp] ‘peot’
     ‘è [ε]: pa-’è untuk kata [paε] ‘tokek’
     ‘a [ã]: meu-’ah untuk kata [meuãh] ‘maaf’
 ‘ue []: ‘eue untuk kata [ǝ] ‘merangkak’
     ‘ö []: ‘is’öt untuk kata [ist] ‘geser (ketika sedang duduk)’
 ‘u [ũ]: meu-’u’u untuk kata [meuũũ] ‘bunyi angin bertiup’
 ‘o [õ]: kh’ob untuk kata [khõb] ‘bau busuk’

(b)    Vokal tinggi [ω] ditulis menjadi eu.
Contoh:
beungeh untuk kata [bωngeh] ‘marah’
beu?et [b?ǝt] ‘mengangkat’
            seudéh untuk kata [sωdeh] ‘sedih’

(c)    Vokal tinggi-sedang [e], [ǝ], dan [o] ditulis menjadi é, e, dan ô
Contoh:
gléh untuk kata [gleh] ‘bersih’
le untuk kata [lǝ] ‘banyak’
lhôk untuk kata [lhok] ‘dalam’

(d)    Vokal rendah-sedang [ε] [] dan [○], ditulis dengan è, ö, dan ô.
Contoh:
kèh untuk kata [kεh] ‘korek api’
 köng untuk kata [kŋ] ‘kokoh’
 kông untuk kata [k○ŋ] ‘seruduk/menyeruduk’

(e)    Vokal-vokal lain ditulis sama seperti representasi fonemisnya.


2.3 Vokal Rangkap (Diftong)
(a) Diftong dengan [ǝ]: diftong yang berpasangan dengan e. Diftong ini dibedakan atas
(1) diftong dengan [ǝ]
      ie untuk [iǝ], misalnya: sie untuk kata [siǝ] ‘daging’
      èe untuk [εǝ], misalnya: gurèe untuk kata [gurεǝ] ‘guru’
      eue untuk [ωǝ], misalnya: keubeue untuk kata [kωbωǝ] ‘kerbau’
      öe untuk [ǝ], misalnya: lagöe untuk kata [lagǝ] ‘partikel penanda keheranan’
      ue untuk [uǝ], misalnya: sue untuk kata [suǝ] ‘ampas’
      oe untuk [oǝ], misalnya: baroe untuk kata [baroǝ] ‘kemarin’
(2) Diftong nasal dengan [ǝ] sama seperti diftong oral, kecuali diftong nasal yang ditandai dengan ‘ (koma). Diftong ini dibedakan atas
‘ie untuk [iǝ], misalnya: ‘ibadat untuk kata [iǝbadat] ‘ibadah’
‘eue untuk [ǝ], misalnya: ‘eue untuk kata [ǝ] ‘merangkak’
‘ue untuk [ũǝ], misalnya: ‘uet untuk kata [ũǝt] ‘telan’
‘èe untuk [εǝ], misalnya: peuna’èe untuk kata [pωnaεǝ] ‘berulah’

(b) Diftong dengan [i]: Di antara diftong ini hanya terdapat satu yang nasal. Diftong ini dibedakan atas
ei untuk [ǝi], misalnya: hei untuk kata [hǝi] ‘panggil’
ôi untuk [oi], misalnya: cangkôi untuk kata [cangkoi] ‘cangkul’
öi untuk [i]. misalnya: lagöina untuk kata [lagina] ‘sangat/nian’
oi untuk [  i], misalnya: boinah untuk kata [b○inah] ‘harta warisan’
      ui untuk [ui], misalnya: phui untuk kata [phui] ‘ringan’
ai untuk [ai], misalnya: sapai untuk kata [sapai] ‘lengan’
     ‘ai untuk [ãi], misalnya: meuh’ai untuk kata [meuhãi] ‘mahal’

2.4 Tanda Diakritik
Dalam BA terdapat fonem yang secara fonemis membedakan makna, baik secara morfologis maupun secara sintaksis. Pemakai BA cenderung tidak bisa membedakan secara tegas fonem-fonem tersebut sehingga sering salah dalam pemakaiannya. Untuk membedakan fonem-fonem tersebut, secara normatif, BA memiliki tanda diakritik yang diletakkan di atas fonem-fonem dimaksud. Terdapat empat macam tanda diakritik dalam BA, yaitu sebagai berikut:
(1) Tanda aksen grave (è) dipakai untuk menuliskan huruf e.
      Contoh: pèh   
                    kèh
                    gulè
                    lè
                    krèh
           
(2) Tanda aigu (é) dipakai untuk menuliskan huruf e.
      Contoh: péh
                    kéh
                    gulé
                    lé
                    kréh

(3) Tanda trema (ö) dipakai untuk menuliskan huruf o.
      Contoh: lön
                    böh
                    töh
                    sök
                    köng

(4) Tanda makron (ô) dipakai untuk menuliskan huruf o.
      Contoh: lôn
                    bôh
                    tôh
                    sôk
                    kô

Share this article :

Posting Komentar

Universitas Syiah Kuala

Unsyiah

Gemasastrin

Image and video hosting by TinyPic

Balai Bahasa Banda Aceh

Balai Bahasa Banda Aceh
 

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Alamat: jalan Tgk. Hasan Krueng Kale, No. 5, Darussalam, Banda Aceh.