![]() |
Budi Arianto, S.Pd., M.A. |
Karya Budi Arianto
Seperti malam-malam lumpuh
aku lepuh pada lenguh panjang
saat kau bisikkan penggalan irama pedih
sepedih lagu gerimis memecah sunyi
dalam kesunyian
ini semacam tangis yang tinggal getar
mengantar hening penuh keheningan
menyaru kabut setelah larut
begitulah lagu gerimis mengeja diri
mengeja aku
dalam Rindu
Banda Aceh, November 2013
Di Bibir Malam
Waktu jua mengantar senja
perlahan pandangan kian mengabur
begitulah sebuah perjalanan
hingga tiba di bibir malam
Banda Aceh, November 2013
Menuju Laut
(Mengenang Alm. M. Nurgani Asyik)
Menuju laut
bayang dan keniscayaan saling memagut
semacam kabut menggayut pada sampan
memburu angan
rahasia gelombang dan batu karang
Menuju laut
mengayuh peluh
entah dimana akan berlabuh
sebab malam betapa sempurna
memeluk gelap
menelan matahari
di antara ombak, riak dan awan hitam
segalanya begitu samar
dalam kesetiaan dan keganasan
pelayaran begitu menggetarkan
Menuju laut
mengenangmu
adalah lagu sunyi dalam hening gemuruh ombak dan tarian ikan
semacam syair yang selalu kau gumamkan sepanjang malam:
“ada yang berjalan, membawa harum badan,
mencari terus mencari,
menuju satu bayang...”*
Banda Aceh-Yogyakarta, 1995-2008
* Dari naskah drama: “Dunia: Persemayaman Agung” karya M. Nurgani Asyik
* Budi Arianto: tinggal di Ceurih, Ulee Kareng, Banda Aceh. Pengajar di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unsyiah Banda Aceh, menyelesaikan studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pascasarjana, UGM Yogyakarta. Sajak-sajaknya terangkum dalam Seulawah: Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995), Aceh dalam Puisi (2003).
Posting Komentar