Home » » FREFIKS VERBAL BAHASA ACEH (VERBAL PREFIXES OF BAHASA ACEH)

FREFIKS VERBAL BAHASA ACEH (VERBAL PREFIXES OF BAHASA ACEH)

Written By Unknown on Selasa, 16 September 2014 | 11.30

 FREFIKS VERBAL BAHASA ACEH (VERBAL PREFIXES OF BAHASA ACEH)


Armia*

ABSTRACT

Keywords: verb preffix, first personal pronoun
This research entitled “Verbal Prefixes of Bahasa Aceh”, aims at description verbal prefixes forms in Bahasa Aceh and the meaning conveyed it. Descriptive qualitative was used in this study. To obtain the data needed, researchers carefully recording through interview and directly listen to the speaker of the language being researched. Verbal prefixes of Bahasa Aceh consists of conventional prefix meu-/ mu-, peu-/ Pu-, and teu-, all of them construct active verb. Verbal prefix of personal pronoun consists of first singular pronoun lôn-, ku-. First personal pronoun plural meu-, ta-. Second personal pronoun singular ka-, ta- and neu-. Second personal pronoun plural also ka-, ta-, and neu-. Third personal pronoun singular and third plural is ji- and geu-. The meaning conveyed based on root word, however, this prefix directly conveys the doer of activity.


* Armia adalah Staf Pengajar Prodi PBSI FKIP Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh


PENDAHULUAN
    Aceh merupakan salah satu provinsi yang merupakan salah satu wilayah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Provinsi yang terletak di ujung pulau sumatera ini tepatnya terletak pada 2-6 C lintang Utara dan 95-98 C Bujur Timur, dengan luas 55.390 km. Provinsi ini berbatasa se
Peta bahasa Aceh.
belah utara dan timur dengan selat Malaka, sebelah barat dengan Samudra India dan sebelah selatan dengan provinsi Sumatera Utara.

    Aceh, dengan ibu kota Banda Aceh sejak berlakunya otonomi daerah tahun 2000, secara administratif mempunyai enam belas kabupaten, yaitu Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Barat, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Siemeulu, Aceh Selatan, Aceh Singkil, dan Aceh Tenggara. Aceh juga mempunyai empat pemerintahan kota, yakni Sabang, Banda Aceh, dan Langsa.

    Selain kekayaan alam yang melimpah, Aceh juga memiliki kekayaan bahasa daerah. Bahasa-bahasa daerah yang terdapat di daerah ini berbeda satu sama lain, khususnya kosa kata. Sulaiman (1979:15-16) mengatakan bahwa tidak kurang dari sembilan belas bahasa daerah terdapat di Aceh. Bahasa-bahasa teersebut adalah bahasa Gayo, bahasa Tamiang, bahasa Alas, bahasa Jamee, bahasa Kluet, bahasa Singkil, bahasa Defayan, bahasa Sigulai, dan bahasa Aceh.
    Bahasa Aceh sebagai salah satu bahasa daerah di Aceh mempunyai pemakainya sekitar 2.5 juta orang dari jumlah pendududuk kurang lebih empat juta orang. Bahasa Aceh termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia Barat, yang dikatakan oleh beerapa linguis mempunyai pertalian erat dengan bahasa Mon-Khmer dan bahasa Campa di daratan Asia Tenggara.
    Berdasarkan uraian di atas bahasa Aceh mempunyai Wilayah Pemakaian yang paling luas dibandingkan dengan bahasa-bahasa daerah lain yang terdapat di Aceh. Bila ditinjau dari keberadaannya bahasa Aceh merupakan salah satu bahasa yang digunakan di Aceh. Bahasa ini digunakan secara aktif oleh sebagian besar masyarakat Aceh sebagai sarana komunikasi antarwarga di Aceh. Bahasa Aceh mempunyai tata bunyi, tata kata, dan tata kalimat tersendiri. Oleh karena itu, bahasa Aceh perlu dipelihara, dikembangkan, dan dikaji secara ilmiah.
Bahasa Aceh selain mempunyai tata bahasa tersendiri juga mempunyai empat dialek geografis, yakni dialek Aceh besar, dialek pidie, dialek Aceh utara, dan dialek Aceh barat (asyik, 1978: 1). Keempat dialek tersebut walaupun terdapat perbedaan bunyi dan kosa kata namun tetap dapat dipahami oleh penutur bahasa Aceh secara keseluruhan.
Selain mempunyai tata bahasa tersendiri dan kekayaan dialek yang beragam, bahasa Aceh juga mempunyai keunikan tersendiri. Keunikan itu dapat dilihat pada           bidang fenologi, morfologi dan sintaksis. Salah satu keunikan dalam bahasa Aceh terdapatr pada bidang morfologi. Bahasa Aceh mempunyai persesuaian pronomina persona dalam membentuk kata kerja. Persesuaian pronomina persona itu diistilahkan oleh Asyik 1978 sebagai pronomina prefiks.
Persesuaian pronomina persona dalam bahasa Aceh terdiri atas persesuaian pronomina persona pertama tunggal, persesuaian pronomina kedua tunggal, persesuaian pronomina kedua jamak, persesuaian pronomina persona ketiga tunggal, dan persesuaian pronomina pesona ketiga jamak. Persesuaian pronomina persona tersebut masih menjadi tanda tanya bagi pemakai bahasa Aceh dalam penggunaannya.
Bagaimanakah pemahaman penutur bahasa Aceh terhadap frefiks verbal bahasa Aceh masih perlu diteliti secara mendalam. Banyak penutur bahasa Aceh tidak sadar bahwa kata yang diucapkan merupakan kata yang harus disesuaikan prefiksnya berdasarkan penuturan kata itulah yang menjadi frefiks verbal dalam bahasa Aceh.
Oleh karena itu, untuk mendeskripsikan bahasa Aceh secara keseluruhan perlu dilakukan penelitian-penelitian secara khusus tentang bagian–bagian tertentu. Baian-bagain tertentu itu mencakup seperti bidang fonologi, morfologi da sintaksis.
Indikasi tersebut menunjukkan bahwa bahasa Aceh, khususnya prefiks verbal dan makna yang merupakan bagian dari merfologi yang sangat perlu diteliti. Penelitian ini bermanfaat sebagai pedoman penggunaan bahasa Aceh secara benar. Penelitian ini juga dapat menjadi sumbangan untuk pemeliharaan dan pengembangan bahasa Aceh.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka yang menjadi tumpuan penelitian ini adalah:
1.    Mengumpulkan data tentang penggunaan kata berawalan dalam bahasa Aceh.
2.    Menganalisis penggunaannya kalimat dalam bahasa Aceh.
3.    Menentukan prefiks (awalan) yang membentuk kata kerja dalam bahasa Aceh.
4.    Menentukan makna yang dinyatakan oleh prefiks (awalan) verbal dalam bahasa Aceh.


Rumusan Masalah
    Bedasarkan fokus penelitian ini, yakni tentang prefiks verbal bahasa Aceh, masalah penelitian ini dapat ditetapkan sebagai berikut.
(1)    bagaimanakah bentuk prefiks verbal dalam bahasa Aceh
(2)    makna apa sajakah yang dinyatakan oleh prefiks verbal dalam bahasa Aceh.

Tinjauan Pustaka
    Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori linguistik struktural. Teori ini berpandanagan bahwa setiap bahasa mempunyai struktur tersendiri. Analisis struktur bersifat singkronis, yakni berusaha memberikan deskripsi objektib tentang struktur bahasa dan dianalisis berdasarkan struktur bahasa pemakaian bahasa tersebutoleh penutur pada kurun waktu tertentu, yang dalam penelitian ini adalah masyrakat Aceh  pada saat ini.
    Penerapan teori linguitik struktural didasarkan atas anggapan bahwa bahasa Aceh merupakan kumpulan satuan linguitik yang bersistem. Dengan perkataan lain, bahasa Aceh merupakan bahasa yang bersistem dan sistemis. Teori memberi perhatian yang ekplisit kepada berbagai unsur bahasa sebagai struktur dan sistem (Kridalaksana, 1982:157).
    Selain itu, Djajasudarma (1993: 65) menjelaskan bahwa dalam kajian morfologi ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebagai modal, yakni word paradigma (WP, item and argrement (IA), dan item and Process (IP). Ddalam bahasa infleksi atau bahasa sintesis kata merupakan satuan kompleks yang di dalamnya terkandung banyak kategori gramatikal yang mendasar seperti personal dan jumlah.
    Di samping itu, teori tentang makna juga dipakai dalam terri ini. Bagaimanapun bentuk atau struktur suatu bahasa tidak dapat dipisahkan denga  makna. Wallace dan Chafe (dalam Djajsudarma, 1993:5) mengungkapkan bahwa berpikir tentang bahasa, sebenarnya sekaligus melibatkan makna.
    Dalam pada itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pemikiran-pemikiran Asyik (1978), Badudu (1983), Verhaar (1995;1999), Ramlan (1997), Djajasudarma (1986; 1993), Samsuri (1994), Nida (1994), Sulaiman (1979), Kridalaksana (1982; 1996), Mattheuws (1979), Alwi, dkk. (1998) dan Sudaryanto (1985; 1986; 1988).
    Verba bahasa Aceh dapat dilihat dari beberapa segi, yakni segi moefologis, sintaksis , dan semantis.
(1) Tinjauan Morfologis
    Verba bahasa Aceh adalah semua kata yang bisa dilekatkan dengan persesuaian pronomina (agreement), yaitu persesuaian pronmina persona pertama tunggal; lôn-, ku-; pronomina pertama jamak; meu-, ta-; persesuaian pronomina persona kedua tunggal; ka-, ta -, neu-; persesuaian kedua jamak; ka-, ta-, neu-; persesuaian ketiga tunggal ji-, geu-, neu-; dan persesuaian ketiga jamak ji-, ji-, ji-.
    Berdasarkan pronomina persona dalam bahasa Aceh yang tersebut di atas tinjauan morfologisnya sebagai berikut.
Lôn hana lôn-woe dilèe.
Saya NEG 1-pulang dahulu.
`Saya tidak pulang dulu.`

Peue kèe jeuet ku-jak keudèh
Apa aku bisa 1-pergi ke sana
`Bolehkah saya pergi ke sana`
Kamoe meu-meuen bhan di blang.
Kami 1-main           bola di sawah.
`kami bermain sepak bola di sawah`.

Geutanyoe bèk ta- jak beh.
Kita           jangan 1-pergi ya.
`kita jangan pergi, ya`.

Kah bèk galak that         ka-cok-cok       ata gob.
Kau jangan suka sangat  2-ambil-ambil punya oang.
`kau jangan suka mengambil punya orang`.

Di gata ta-woe laju.
FS anda 2-pulang terus.
`Anda pulang terus`

Droeneuh neu-koh-koh           kayèe nyoe siat.
Anda          2-potong-potong    kayu ini sebentar.
`Anda ptong-potong sebentar kayu ini`.


(2) Tinjauan Sintaksis
    Verba bahasa Aceh adalah kata yang dapat bervalensi dengan hana atau h`an `tidak`. Berdasarkan verba itu itu tinjauan sintakasisnya dapat dilihat sebagai berikut.

Lôn hana lôn-cok.
Saya NEG 1-ambil.
`saya tidak mengambil`.

Jih hana ji-koh kayèe nyan.
Dia NEG3-potong kayu itu.
`Dia tidak memotong katu itu`.

Kèe h`an ek      ku-jak keunan.
Aku NEG mau 1-pergi ke situ.
`aku tidak mau pergi ke situ`.

(3) Tinjauan Semantis
    Verba bahasa Aceh mengandung makna dasar perbuatan (aksi), proses atau keadaan. Verba meurunoe `belajar` mengandung makna perbuatan . verba beureutoh `meledak` mengandung makna proses. Verba galak `suka` mengandung makna keadaan. Selain tiga contoh verba bahasa Aceh di atas, dalam bahasa Aceh juga mempunyai bentuk prefiks yang dapat membentuk kata kerja. Bentuk-bentuk prefiks yang dapat membentuk kata kerja itu anatara lain sebagai berikut.
(a) prefiks beu-/bu-
    Prefiks ini mempunyai makna menyatakan harapan seperti yang dinyatakan kata dasar. Makna yang menyatakan harapan dapat diperhatikan sebagai berikut.
`beugleh`               bermakna      `harus bersih/ hendaknya bersih`
`bubandum`           bermakna      `harus semua/ hendaknya semua`
`Beuuroe nyoe`      bermakna       `harus hari ini/ hendaknya hari ini`
  
(b) prefiks meu-/mu-
    Prefiks ini mempunyai makna “mempunyai, memakai atau menggunakan, mengusahakan, membubuhi atau mengandung, mengucapkan, menyerupai, melakukan pekerjaan, mencari atau mengumpulkan, serta mempunyai makna banyak”. Kata-kata yang mempunyai makna tersebut di atas dapat di lihat sebagai berikut.
`meucabeung `            bermakna         `mempunyai dahan`
`meukupiah`                bermakana       `memakai atu mengenakan peci`
`meulampoh`               bermakna         `mengusahakan atau berkebun`
`meugeutah`                bermakna                `membubuhi atau mengsandung getah`
`meudua`                     bermakna                `menngucapkan atau berdoa`
`meu-aneuk miet`        bermakna                `menyerupai atau seperti anak-anak`
`meukuli`                     bermakna                ` sebagai buruh`
`meu-unoe`                  bermakna                ` mencari atau mengumpulkan madu`
`meukudo-kudo`          bermakna                ` berkodi-kodi (banyak)`

(c) prefiks peu-/pu-
         Prefiks peu-/pu- dalam bahasa Aceh mempunyai arti ”memberi atau membubuhi, memakai atau menggunakan, menyatakan keadaan, membuat jadi, menyapa, dan memastikan”. Kata yang mengandung makna tersebut dapat diperhatikan sebagai berikut.
`peusira`                             bermakan             `memberi atau membubuhi garam`
`peulembeng`                      bermakna             `memakai atau menggnakan lembing`
`geupeuluah`                       bermakna              `diperlebar (keadaan)`
`geupeudua`                        bermakna              `membuat jadi dua`
`jipeu-abuwa`                      bermakna              `menyapa sebagai paman`
`neupeusingoh`                    bermakna              `memastikan besok`

(d) prefiks neu-
    Prefiks neu-  dalam bahasa Aceh mempunyai makna  “menyatakan hasil pebuatan,  menyatakan benda sebagai alat, dan menyatakan tempat. Kata-kata yang mempunyai makna tersebut di atas dapat diperhatikan berikut ini.
`neukue`               bermakna               `menyatakan hasil ikatan`
`neucob`               bermakna               `menyatakan sebagai jaitan`
`neuduek`             bermakna               `menyatakan tempat duduk`

    Berdasarkan tiga tinjauan di atas dapat dikatakan bahwa prefiks veba bahasa Aceh merupakan sebagai salah satu morfem yang sangat produktif dalam pembentukan kata berimbuhan. Morfem-morfem terikat tersebut bagaimana fungsi dan maknanya secara terperinci dapat dilihat pada pembahasan penelitian ini.


METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis  Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Pendekatan ini  dilakukan dengan merekam secara segala gejala atau fenomena yang dilihat atau didengar, baik melalui wawancara walaupun mendengarkan langsung tuturan bahasa yang sedang diteliti. Untuk mendeskripsikan secara terperinci hasil penelitian ini, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.



1.    Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik cakap semuka. Teknik ini diwujudkan dengan percakapan langsung tatap muka antara peneliti dengan informan. Percakapan dikendalikan dan diarahkan oleh peneliti sesuai dengan kepentingan untuk memperoleh data selengkapnya (Sudayanto. 1988: 7-9). Oleh karena itu, data penelitian ini dikumpulkan dengan teknik berikut:

(1)    Perekaman, yaitu peneliti merekam percakapan-percakapan informan.  Perekaman dilakukan dalam suasana santai dan tidak diketahui oleh informan.
(2)    Elisitasi, yaitu peneliti memancing data dan informan apabila data yang diperoleh diragukan kebenarannya. Data tersebut langsung dicatat dalam korpus.
(3)    Introspeksi, yaitu peneliti memeriksa data berdasarkan pengetahuan kebahasaan peneliti. Hal ini dapat dibenarkan karena peneliti penutur asli bahasa yang sedang diteliti.

2.    Sumber Data
Data penelitian diperoleh dari informan. Informan penelitian ini adalah penutur asli bahasa Aceh. Penutur asli bahasa Aceh itu harus mempunyai syarat-syarat:

(1)    Suku Aceh
(2)    Menguasai berbahasa Aceh
(3)    Berumur 20-65 tahun
(4)    Sehat jasmani dan rohani

3. Teknik Penganalisisan Data
Data penelitian ini dianalisis berdasarkan dua pendekatan yaitu pendekatan struktural dan pendekatan semantis. Pendekatan tersebut merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan penelitian bahasa.  (Sudaryanto,  1986:
12-16). Penerapan kedua pendekatan tersebut untuk menganalisis data diterapkan langkah-langkah berikut:
(1)    Seleksi data; dilakukan untuk memilih dan menjaring data sehingga diperoleh data yang benar-benar sahih dan handal.
(2)    Klasifikasi data; dilakukan untuk memilih dan mengelompokkan data berdasarkan jenis dan macamnya.
(3)    Penyajian data; dilakukan dalam bentuk deskripsi, yaitu pemerian dalam bentuk kalimat yang jelas dan benar.


HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Prefiks Verbal Bahasa Aceh
Prefiks (awalan) dalam bahasa Aceh tidak sama dengan prefiks dalam  bahasa-bahasa lain. Prefiks bahasa Aceh selain berfungsi sebagai awalan biasa ada juga prefiks yang merupakan persesuaian pronomina (agrement) yang membentuk kata kerja tertentu.

1.1 Frefiks verbal biasa dan maknanya
1.1.1 Frefiks meu-/mu-
Frefiks meu-/mu- dalam bahasa Aceh digunakan untuk membentuk kata kerja. Frefiks meu- digunakan di depan kata dasar yang huruf pertamanya selain b, p, m, dan w digunakan frefiks mu-.
Frefiks meu- dalam bahasa Aceh tidak mengalami perseugauan seperti halnya bahasa Indonesia jika diserangkaikan dengan kata dasar. Fungsi awalan meu-/ mu- sangat produktif dalam bahasa Aceh. Hampir semua kata dapat diikat dengan awalan-awalan tersebut antara lain, kata benda, kata kerja, kata ganti orang, kata bilangan, kata sifat, dan kata keterangan.




1.    Fungsi awalan meu- /mu- di depan kata benda.
a    Membentuk kata kerja yang bermakna mengandung unsur seperti yang tersebut pada kata dasarnya
-    Kayè nyan meugeutah.
Kayu itu bergetah.
-    Gobnyan geujeb ie meuracôn.
Orang itu minum air beracun.

b    Membentuk kata kerja yang bermakna mempunyai
-    Bôh drien mupangsa.
Buah durian berpangsa.

-    Bak kayè nyan meucabeueng dua.
Batang kayu itu bercabang dua.

c    Membentuk kata kerja bermakna mengusahakan
-    Thôn yang ka likot le ureung meulampôh di sinan.
Tahun yang lalu banyak orang berkebun di situ.
-    Gobnyan hana geumublang thôn u keu.
Orang itu tidak bersawah tahun depan.

d    Membentuk kata kerja bermakna menggunakan/ memakai
-    Ureung nyan meukupiyah itam.
Orang itu berkupiyah hitam.
-    Dara barô nyan meucadai.
Pengantin perempuan itu bercadar.
e    Membentuk kata kerja bermakna mengucapkan
-    Aneuk yatim nyan meudu’a bak jerat yah.
Anak yatim itu berdoa di kuburan ayah.
-    Ureung nyan meusumpah nyan kön pancuri.
Orang yang bersumpah itu bukan pencuri.

f    Membentuk kata kerja bermakna menyerupai
-    Ureung nyan but meuaneuk miet that.
Orang itu bertindak seperti anak-anak.
-    Bak duk di sinan meuraja that.
Duduk di situ seperti raja besar.

g    Membentuk kata kerja bermakna melakukan pekerjaan
-    But meudukun ramè that di gampong nyan.
Pekerjaan berdukun ramai sekali di kampung itu.
-    Gob nyan gejak meugurè bak teungku nyan.
Orang itu pergi berguru pada tengku itu.

h    Membentuk kata kerja bermakna mengumpulkan/ mencari yang tersebut pada kata dasar
-    Tajak meuunoe beuna taba pawang.
Kita mencari madu harus bawa pawang (nya).
-    But ureung nyan meurusa sabé.
Pekerjaan orang itu berburu rusa selalu.

i    Membentuk kata kerja bermakna banyak
-    Ka meujeum-jeum taprèh gôhlom trôh.
Sudah berjam-jam kami tunggu belum datang (juga).
-    Bantuan meumoto-moto diangkot u Aceh.
Bantuan bermobil-mobil diangkut ke Aceh.

2.    Fungsi awalan meu-/ mu- di depan kata kerja
a    Membentuk kata kerja bermakna melakukan perbuatan atau pekerjaan
-    Bèk meuseurapa sabé.
Jangan memaki selalu.
-    Sabé kah meudo’a raya-raya.
Selalu kamu berdoa kuat-kuat.
b    Membentuk kata kerja bermakna tidak sengaja
-    Gakigeuh meusipak batè buno.
Kakinya tersandung batu tadi.
-    Karoh meujampu saka ngon sira bunoe.
Sudah tercampur gula dengan garam tadi.

c    Membentuk kata kerja bermakna melakukan pekerjaan berbalasan
-    Bek meupaké sabé ngon saudara.
Jangan bertengkar selalu dengan saudara.
-    Piasan leumoe meupök jino ka dilarang.
Pertunjukan adu sapi sekarang sudah dilarang.

3.    Fungsi awalan meu-/ mu- di depan kata sifat
Membentuk kata kerja bermakna menyerupai
-    Mukajih ka meuie breuh lawét nyoe.
Muka dia sudah bersinar selama ini.
-    Badan jih meusinga that.
Badan dia seperti singa/kuat.

4.    Fungsi awalan meu- / mu- di depan kata bilangan
Membentuk kata kerja bermakna kira-kira
-    Meusiploh droe ka èk taböt moto nyan.
Kira-kira sepuluh orang sudah sanggup mengangkat mobil itu.
            -    Meulimong droe kajét nyoe tajak meurusa.
                 Kira-kira lima orang sudah bisa kita berburu.

5.    Fungsi awalan meu-/ mu- di depan kata keterangan bermakna seandainya / kalau/ hingga.
-    Meusingoh han tentè lheh but nyan.
Hingga besok belum tentu selesai pekerjaan itu.
            -    Meuenteuk malam han tentè dipiyôh ujeun.
                  Hingga nanti malam belum tentu reda hujan.
1.1.2 Frefiks peu-/pu-
Frefiks peu-/ pu- dalam bahasa Aceh digunakan secara bersamaan. Peu- dapat berubah menjadi pu-. Apabila digunakan di depan kata dasar yang diawali selain huruf p, b, m dan w, maka peu- menjadi pu-. Frefiks peu- tetap digunakan peu- apabila digunakan di depan kata dasar selain berhuruf p, b, m, dan w.

1)    Fungsi peu - di depan kata benda
a.    Membentuk kata kerja bermakna memberi.
-    Ka peusira engkôt nyan sigö!
Tolong kamu garami ikan itu!
-    Soe peucampli madu barô bak jalan.
Siapa memasukkan cabai ke mulut madunya kemarin di jalan.

b.    Membentuk kata kerja dalam arti memakai / menggunakan.
-    Ureung ceumeucu nyan jipeureuncông.
Pencuri itu ditikam dengan rencong.
-    Bui nyan geupeulimbèng beuklam.
Babi itu dibunuh dengan lembing tadi malam.

2)    Fungsi awalan peu- di depan kata kerja, membentuk kata kerja bermakna melakukan pekerjaan
-    Bèk kapeudeuk sikin baranggapat.
Jangan kamu letakkan pisau sembarangan.

-    Rumoh nyan geupeudông to jalan.
Rumah itu didirikan dekat jalan.

3)    Fungsi awalan peu– di depan kata sifat.
a.    Membentuk kata kerja bermakna menyatakan keadaan
-    Jalan nyan ka jipeuluah.
Jalan itu sudah diperlebar.
-    Bèk neupeupaneuk ukuran nyan.
Jangan diperpendek ukuran itu.
1.1.3 Frefiks neu–
Dalam bahasa Aceh terdapat tiga buah neu-, dua sebagai awalan dan satu sebagai proklitik. Awalan yang dimaksud di sini ialah awalan biasa atau morfem terikat. Berbeda dengan awalan meu-, awalan neu-, tidak pernah menjadi nu-.
Awalan neu-, tidak dapat dipertukarkan dengan sisipan -eun-. Kata-kata yang mulai dengan fonem pertama /h, /I/, /ng/, /r/, /e/, dan /u/ dapat dilekatkan awalan
 peu-, sedangkan kata yang dimulai dengan fonem yang lain tidak dapat diimbuhkan awalan peu-.
Contoh:
neuhui ‘helaan’, peuhui         → peuneuhui ‘penghelaan’
neulet ‘kejaran’, peulet         → peuneulet ‘pengejaran’
neungui ‘dandanan’, perungui    → peuneungui ‘pendadanan’
neunoh ‘pasungan’, peunoh         → peuneunoh ‘pemasungan’

neurut ‘ikatan’, peurut         → peuneurut ‘pengikat’
neuek ‘naikan’, peuek’         → peuneuek ‘peungiriman’
neu-uem’pelukan’, peu-uem         → peuneuuem ‘pemelukan’

Contoh di atas dapat dibandingkan dengan contoh berikut.
koh     → neukoh/keuneukoh ‘pemotongan’
gom    → neugom/geuneugom ‘penangkupan’
mat     → neumat/meuneumat ‘pegangan’
bri     → neubri/beuneubri ‘pemberian’

1.1.4 Frefks teu- dan keu-
Frefiks teu- membentuk kata kerja pasif tak berpelaku. Dalam bentukan ini sering dipertukarkan dengan meu-. Pertukaran itu dapat dilihat pada contoh kata teusie dan meusie. Di depan kata benda awalan teu- bermakna kena atau ditimpa atau menyatakan kesengajaan.
Apabila di depan kata kerja awalan teu- membentuk makna serta merta, kesanggupan, perumpamaan, dan ketidaksengajaan. Contoh kata yang bermakna seperti tersebut dapat dilihat pada kata teukhem, teume, teuseuba, dan teusinggong.

1.1.5 Frefiks Verbal Pronomina
Frefiks verbal bahasa Aceh yang merupakan persesuaian (aggrement) pronomina dilakukan untuk menyatakan kata kerja untuk menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh orang pertama tunggal, orang pertama jamak, orang kedua tunggal, orang kedua jamak, orang ketiga tunggal, dan orang ketiga jamak.
Frefiks persesuaian pronomina persona pertama tunggal terdiri atas lôn-, ku-. Frefiks persesuaian pronomina persona pertama jamak terdiri atas meu-, ta-. Frefiks persesuaian pronomina kedua tunggal terdiri atas ka-, ta-, dan neu-. Frefiks persesuaian pronomina kedua jamak juga terdiri atas ka-, ta-, dan neu-. Frefiks persesuaian pronomina ketiga tunggal terdiri atas ji- dan geu-. Frefiks persesuaian pronomina ketiga jamak juga terdiri atas ji- dan geu-. Frefiks tersebut di atas membentuk kata kerja yang menandai kesesuaian dengan pelaku pekerjaan yang dinyatakan oleh kata kerja itu. Frefiks-frefiks tersebut dapat dilekatkan pada kata kerja, namun akan berbeda makna tergantung frefiks apa yang melekatkannya.


KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan temuan penelitian ini, kesimpulan dan saran dikemukan sebagai berikut.
Kesimpulan
(1)    Frefiks verbal bahasa Aceh terdiri atas dua macam yakni frefiks verbal biasa dan frefiks verbal persesuaian pronomina.
(2)    Frefiks verbal bahasa Aceh dapat terjadi morfofonemik atau mempunyai alomofnya pada beberapa frefiks, seperti meu- dan peu-.
(3)    Frefiks teu-, dan frefiks persesuaian pronomina persona tidak mempunyai alomofnya.
(4)    Makna yang dinyatakan oleh frefiks verbal bahasa Aceh sangat berbeda dengan frefiks verbal dalam bahasa lain.
(5)    Makna yang ditimbulkan oleh frefiks verbal dalam bahasa Aceh sangat beragam.
(6)    Frefiks verbal persesuaian pronomina merupakan keunikan dalam bahasa Aceh.

Saran-Saran
(1)    Penggunaan frefiks verbal bahasa Aceh perlu disosialisasikan baik pengucapan maupun penulisannya.
(2)    Frefiks persesuaian pronomina dalam bahasa Aceh perlu digunakan secara benar dan konsisten.
(3)    Perlu diadakannya standarisasi frefiks verbal dalam bahasa Aceh.



DAFTAR PUSTAKA


Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

De Saussure, Ferdinand. 1996. Caurse de Linguistique Generale (Pengantar Linguistik Umum). Terjemahan Raliayu S. Ridayat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Djajasudarma, I. Fatimah. 1993. Metode Linguistik. Bandung: Eresco.

Djunaidi, Abdul. 1992. Morfosintaksis Bahasa Aceh: Analisis Tipologi Sintaksis. Tesis Unpad.

Djunaidi, Abdul. 1996. Relasi-relasi Gramatikal dalam Bahasa Aceh: Satu Telaah Berdasarkan Teori Tata Bahasa Relasional. Disertasi Unpad.

Dune, Mark. 1985. A Grammar of Acehnese on the Basic of Dialect North Aceh. Bordrech: Foris Publication.

Fromkm, Victoria and Robert Rodman. 1993. An Introduction to Language: Fifth Edition. USA: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.

Hanafiah, M. Adnan dan Ibrahim Makam. 1983. Struktur Bahasa Aceh. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti. 1995. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia: Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 2000. Kamus Linguistik: Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.

Matthews, P.R. 1979. Morphology: An Introduction to the Theory of Word Structure. Melbourne: Cambridge University Press.

Ramlan. 1997. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono. Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Sudaryanto. 1985. Linguistik: Esai tentang Bahasa dan Pengantar ke dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik: Bagian Pertama. Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Bagian Kedua. Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudaryanto. 1989. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sulaiman, Budiman. Bahasa Aceh. Bireuen: Pustaka Mahmudiah.

Verhaar, J.W.M. 1999. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres.
Share this article :

Posting Komentar

Universitas Syiah Kuala

Unsyiah

Gemasastrin

Image and video hosting by TinyPic

Balai Bahasa Banda Aceh

Balai Bahasa Banda Aceh
 

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Alamat: jalan Tgk. Hasan Krueng Kale, No. 5, Darussalam, Banda Aceh.